PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan rata-rata frekuensi transaksi harian mencapai rekor tertinggi selama pandemi covid-19. Rekor tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia masih tinggi.
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi menuturkan rata-rata frekuensi transaksi harian mencapai 619 ribu kali hingga 30 November 2020, atau meningkat 31,98 persen dibandingkan posisi akhir 2019 yakni 469 ribu kali.
"Ini menjadi catatan rata-rata frekuensi transaksi harian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal kita," ujarnya dalam acara Penghargaan Galeri Investasi BEI 2020 Pengembangan Pasar Modal Indonesia, Senin (14/12).
Jika diakumulasi secara bulanan, rata-rata frekuensi transaksi per bulan tertinggi terjadi di November 2020 sebanyak 984 ribu kali. Sepanjang November 2020, ia menuturkan BEI merekam 20 rekor frekuensi transaksi harian.
"20 rekor frekuensi transaksi harian tertinggi sejak otomatisasi JATS di 22 Mei 1955 juga seluruhnya terjadi di 2020,dengan frekuensi tertinggi pada 30 November lalu sebanyak 1,68 juta frekuensi transaksi seharinya," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan kondisi pasar modal Indonesia lebih baik ketimbang negara lain di Asia Tenggara di tengah pandemi. Kondisi ini ditunjukkan dari penurunan IHSG tidak sedalam negara lain yakni sebesar 5,85 persen per 7 Desember 2020 lalu.
Pada periode yang sama, indeks harga saham di Singapura turun lebih dalam yakni minus 12,25 persen, Thailand minus 8,23 persen, dan Filipina minus 7,83 persen.
Selain itu, Indonesia menyatakan jumlah penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) terbanyak selama pandemi covid-19 di kawasan Asia Tenggara. OJK mencatat terdapat 46 IPO baru pada 2020.
"Berbagai indikator di atas menunjukkan kepercayaan publik dan calon emiten pada pasar modal Indonesia masih tinggi dan saya optimis ke depan pasar modal akan membukukan kinerja yang lebih baik lagi," katanya.
