01 Sep 2023

BPS: Deflasi 0,02% pada Agustus 2023

News 167 views

JAKARTA, investor.id – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada Agustus 2023 terjadi deflasi sebesar 0,02% secara bulan ke bulan (month to month/mtm). Jika dilihat secara tahunan (year on year/yoy), terjadi inflasi sebesar 3,27% atau secara tahun kalender (year to date/ytd) terjadi inflasi 1,43%.

"Pada Agustus 2023 terjadi deflasi 0,02% secara bulan ke bulan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 115,24 pada Juli 2023 menjadi 115,22 pada Agustus 2023. Jika dilihat secara series, deflasi Agustus 2023 sejalan dengan kondisi tahun lalu yaitu Agustus 2022 dengan tingkat deflasi lebih rendah yakin 0,21%," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers pada Jumat (1/9/2023).

Bila dilihat menurut kelompok pengeluaran, maka deflasi terjadi karena kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi 0,25% dan kontribusi deflasi 0,07%. Dalam kelompok ini, komoditas yang menyumbang deflasi secara bulanan terbesar daging ayam ras dengan kontribusi deflasi 0,07%, bawang merah dengan kontribusi 0,05%, telur ayam ras 0,02%, ikan segar 0,01%, tarif angkutan udara 0,01%, dan kacang panjang 0,01%.

“Sedangkan beberapa komoditas pada kelompok makanan,minuman dan tembakau yang memberikan andil inflasi secara bulanan, yaitu beras, cabai merah, rokok kretek filter, cabai rawit, dan rokok putih,” ungkap Pudji.

Adapun kelompok pakaian dan alas kaki mengalami deflasi 0,27% dengan kontribusi deflasi 0,01% pada Agustus 2023. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi 0,05% dengan kontribusi 0,01% pada Agustus 2023. Sedangkan kelompok pendidikan mengalami inflasi 0,86% dan memberikan andil inflasi 0,05% pada Agustus 2023.

Bila dilihat secara spasial, dari 90 kota yang dipantau BPS, tercatat 46 kota mengalami deflasi dengan 44 kota deflasi lebih dalam dari deflasi nasional. Sedangkan 44 kota mengalami inflasi. Adapun deflasi terdalam terjadi di Waingapu (1,2% ) dan inflasi terdalam di Manokwari sebesar 0,05%. 

“Deflasi terdalam terjadi di Waingapu 1,2% dengan komoditas penyumbang utama ikan segar (-1,08%), sawi hijau (-0,27%), bawang putih (-0,12%), bawang merah (-0,04%), dan buncis (-0,04%),” tutur Pudji.

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan komponen terjadinya deflasi secara bulanan didorong oleh harga bergejolak dan harga diatur pemerintah. Bila dirinci, komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi 0,02% dengan andil deflasi 0,01%. Penyumbang utama deflasi tersebut adalah komoditas bahan bakar rumah tangga dan tarif angkutan udara.

Komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 0,51% dengan kontribusi deflasi sebesar 0,09%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan kacang panjang.

“Inflasi komponen inti secara bulanan sebesar 0,13% dengan andil inflasi sebesar 0,08%. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah biaya akademi/perguruan tinggi, sekolah menengah atas, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama,” ujar Pudji.




Material Download
Helpdesk
021 5227674 sekretariat.himdasun@gmail.com