26 Jul 2023

BI Kian ‘Pede’ Merespons Ketidakpastian Ekonomi

News 122 views

JAKARTA, Investor.id – Bank Indonesia (BI) makin ‘pede’ atau percaya diri dalam menghadapi sejumlah perkembangan global yang masih diliputi ketidakpatian. Terakhir, bank sentral menegaskan tidak akan merespons penaikan Fed fund rate (FFR) yang kemungkinan diputuskan pekan ini dengan mendongkrak BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Respons kebijakan nonbunga lebih dipilih BI karena sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi pancapandemi.

Di antara respons kebijakan nonbunga yang ditujukan untuk menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan itu adalah stabilisasi kurs rupiah melalui triple intervention dan twist operation serta memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial. Lainnya adalah menerbitkan ketentuan terkait instrumen penempatan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) dan mempertajam strategi digitalisasi sistem pembayaran.

“Jamunya Bank Indonesia ‘kan bukan (hanya) suku bunga. Makanya ya pakai jamu stabilisasi nilai tukar rupiah, intervensi kan? Baik twist operation maupun triple intervention. Itu yang terus kami lakukan.” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Periode Juli 2023 di Jakarta, Selasa (25/07/2023).

Dalam RDG selama dua hari itu BI kembali mempertahankan suku bunga acuan BI7DRR di level 5,75% untuk keenam kalinya berturut-turut. BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility 5,00% dan suku bunga Lending Facility 6,50%. Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0% plus minus 1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5% plus minus 1% pada 2024.

“Fokus kebijakan moneter diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global,” jelas Perry.

Dua Kali Lagi

Sedangkah terhadap suku bunga acuan The Federar Reserve (The Fed) atau FFR, BI memprediksi, bank sentral Amerika Serikat (AS) itu masih akan menaikkan FFR dua kali lagi tahun ini masing-masing 25 basis poin yakni pada Juli dan September 2023. “Sehingga, FFR akan menjadi 5,75%. Itu nanti di September. Nah, setelah itu bagaimana, kemungkinan akan pause (berhenti sebentar). Setelah September kemungkinan tidak akan naik lagi,” ucap Perry.

The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25-26 Juli pekan ini yang salah satu agendanya menetapkan FFR. FOMC diproyeksikan menaikkan suku bunga 0,25 poin ke kisaran 5,25%-5,5%. Ini adalah penaikannya ke-11 dalam 16 bulan terakhir. Bila benar dinaikkan, maka spread atau selisih antara BI7DRR dan FFR makin tipis, yakni hanya 0,25%.

Terkait selisih BI7DRR dan FFR yang menipis itu, Perry mengaku tidak terlalu khawatir. Karena, berdasarkan proyeksi penaikan FFR dua kali tersebut, pihak sudah menakar bahwa dampaknya terhadap Indonesia, terutama hanya pada tersendatnya aliran masuk portofolio asing. “Sehingga nggak perlu pakai jamu suku bunga, cukup dengan kami stabilkan nila tukar rupiah,” tegas dia.

Cadev Memadai

Dalam hal ini, bank sentral akan mengoptimalkan kebijakan operasi pasar, baik yang dilakukan melalui triple intervention maupun twist operation. “Cadangan devisa (cadev) kita lebih dari cukup sehingga tugasnya cadangan devisa yang kita kumpulkan waktu masuk kita gunakan sekarang,” ucap Perry.

Perry mengungkapkan, pertimbangan utama BI saat menentukan suku bunga acuan, naik, tetap, atau turun adalah berdasarkan perkiraan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Keduanya saat ini dalam kondisi baik. “Inflasinya ‘kan rendah, pertumbuhan ekonominya juga cukup baik, ya sudah, (BI7DRR) 5,75% itu pas, konsisten,” tegas dia.

Ia memapaparkan, inflasi telah kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih cepat dari perkiraan. Inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada bulan Juni 2023 tercatat hanya 3,52% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun tetap baik didukung oleh permintaan domestik. Dengan perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan dapat mencapai kisaran 4,5-5,3%.

“Sedangkan pada kuartal II-2023 kami lihat pertumbuhannya lebih baik, karena tidak saja sekarang mobilisasi makin bagus tapi juga kemarin ada hari libur, orang pada spending kemudian ada gaji ke-13 dari ASN. Jadi, perkiraan kita dari sekitar 5% mungkin akan dia menuju sekitar 5,1%,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman pada kesempatan yang sama.



Material Download
Helpdesk
021 5227674 sekretariat.himdasun@gmail.com