Desember 27, 2022

Bangkit dari Tekanan Ekonomi Akibat Pandemi di Tengah Ancaman Resesi

Jakarta, CNN Indonesia — Tahun ini menjadi waktu kebangkitan bagi ekonomi Indonesia setelah terpuruk hebat akibat pandemi covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia sejak awal 2020 lalu.Maklum, saat pandemi melanda, ekonomi Indonesia yang pada kuartal IV 2019 masih nangkring di level 4,97 persen, tiba-tiba ambles ke level 2,97 persen pada kuartal I 2020.Setelahnya, ekonomi Indonesia jatuh ke minus 5,32 persen pada kuartal II 2020, minus 3,45 kuartal III 2020, dan minus 2,19 persen di kuartal IV 2020.Beranjak ke kuartal I 2021, ekonomi Indonesia masih 0,74 persen. Bersyukur setelahnya, ekonomi Indonesia perlahan mulai bangkit. Pada kuartal II, ekonomi berhasil melesat 7,07 persen. Pertumbuhan kuartal III 2021 mencapai 3,51 persen, kuartal IV 2021 5,02 persenSetelah itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil mantap kembali di level 5 persen sejak awal 2022. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia berhasil tumbuh 5,02 persen pada kuartal I-2022. Lalu, pada kuartal II juga berhasil tumbuh 5,45 persen, dan pada kuartal III tumbuh sangat impresif 5,72 persen.”Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,72 persen, sedikit di atas angka proyeksi Kementerian Keuangan yang sebesar 5,7 persen. Pencapaian ini mencerminkan terus menguatnya pemulihan ekonomi nasional di tengah peningkatan ketidakpastian prospek ekonomi global,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Rabu (9/11) lalu.Bendahara negara ini meyakini kinerja positif tersebut akan terus berlanjut sampai akhir tahun, sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi biasa mencapai target sasaran pemerintah yakni 5-5,3 persen di 2022.Tak hanya itu, inflasi yang menjadi momok hampir semua negara, Indonesia berhasil menanganinya dengan baik. Meski ada kenaikan inflasi, namun tak setinggi negara maju yang mencapai 10-12 persen.Inflasi Indonesia pada November tercatat sebesar 5,42 persen, turun dibandingkan September 5,95 persen dan Oktober 5,71 persen. Realisasi ini cukup terjaga dengan baik dari inflasi dalam negeri biasanya di kisaran 3-4 persen.Sedangkan, negara maju seperti AS dan Inggris inflasinya melonjak tajam. AS, misalnya, inflasinya tercatat melonjak sejak tahun lalu dan saat ini masih berada di atas 7 persen, padahal biasanya hanya 2 persenan.Begitu juga dengan Inggris yang inflasinya melonjak sejak tahun lalu. Pada akhir November masih tinggi sebesar 10,7 persen, namun lebih baik dari Oktober yang sebesar 11,1 persen.Lonjakan inflasi disebabkan oleh kenaikan harga pangan dan energi akibat terganggunya rantai pasok imbas perang Rusia-Ukraina.”Kenaikan yang sangat tinggi itu menyebabkan inflasi di berbagai negara maju bahkan ini dianggap 40 tahun terburuk, selama 40 tahun terakhir,” kata Sri Mulyani.Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan inflasi lebih rendah dari negara maju tentu menjadi capaian menakjubkan bagi perekonomian Indonesia dan juga langka.Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menilai perekonomian Indonesia yang tangguh pada tahun ini ditopang oleh kinerja ekspor Sumber Daya Alam (SDA). Sehingga, meski terputus dari rantai pasok global, Indonesia tetap untung.”Indonesia masih bisa mencatat kinerja positif meski ada ancaman resesi karena terputus dari rantai pasok global karena porsi manufaktur Indonesia berorientasi ekspor relatif kecil, sementara ekspor yang didorong adalah komoditas olahan primer,” ujar Bhima pada CNNIndonesia.com.”Ini ibarat blessing in disguise, di luar negeri batuk-batuk Indonesia masih aman,” imbuhnya.Bhima mencontohkan, misalnya, pada saat terjadi krisis batu bara di Eropa, Indonesia diuntungkan karena sumber daya tersebut berlimpah di dalam negeri. Harganya yang tinggi bahkan berhasil membuat APBN surplus 10 bulan berturut-turut.Namun, ia menilai keuntungan ini tak akan berlangsung lama. Sebab, harga komoditas diperkirakan akan turun di tahun depan.”Kita lihat kemarin, Februari-April ada krisis minyak goreng karena ekspor CPO naik, sampai pemerintah larang ekspor CPO. Tapi saat ini harga CPO melandai. Hanya rentang delapan bulan kondisi pasar komoditas langsung berbalik arah. Menggantungkan pada ekspor komoditas di 2023 adalah kebijakan konyol,” jelasnya.Karenanya, ia berharap pemerintah mencari cara lain untuk bisa tetap melanjutkan kinerja perekonomian yang positif dan tangguh. Tak bisa lagi mengandalkan komoditas yang naik dan turun harganya bersifat sementara.Bhima mencontohkan, misalnya, pada saat terjadi krisis batu bara di Eropa, Indonesia diuntungkan karena sumber daya tersebut berlimpah di dalam negeri. Harganya yang tinggi bahkan berhasil membuat APBN surplus 10 bulan berturut-turut.Namun, ia menilai keuntungan ini tak akan berlangsung lama. Sebab, harga komoditas diperkirakan akan turun di tahun depan.”Kita lihat kemarin, Februari-April ada krisis minyak goreng karena ekspor CPO naik, sampai pemerintah larang ekspor CPO. Tapi saat ini harga CPO melandai. Hanya rentang delapan bulan kondisi pasar komoditas langsung berbalik arah. Menggantungkan pada ekspor komoditas di 2023 adalah kebijakan konyol,” jelasnya.Karenanya, ia berharap pemerintah mencari cara lain untuk bisa tetap melanjutkan kinerja perekonomian yang positif dan tangguh. Tak bisa lagi mengandalkan komoditas yang naik dan turun harganya bersifat sementara.Selain itu, setidaknya memasuki 2023, Riefky melihat bahwa perekonomian Indonesia masih tangguh meski tak sekuat tahun ini. Selanjutnya, kondisi perekonomian akan ditentukan seberapa banyak negara yang masuk ke jurang resesi dan bagaimana kelanjutan perang Rusia-Ukraina.”Perekonomian Indonesia di tahun depan bakal cukup resilient (tahan) dengan growth (pertumbuhan) yang lebih baik dari kebanyakan negara, walaupun relatif akan melambat dibanding tahun ini,” jelasnya.Menurut Riefky, jika Indonesia bisa mempertahankan kinerja baik perekonomian tahun ini, ke depannya peluang untuk naik kelas dari negara berkembang ke negara maju bisa lebih cepat tercapai. Artinya, tak perlu sampai menunggu 2045 seperti yang disusun pemerintah dalam road map nya.”Untuk naik kelas ini tentu semakin tinggi pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat naik kelasnya, tapi lagi-lagi seperti yang saya tekankan perekonomian harus konsisten tetap tumbuh kuat,” pungkasnya.

Berita Lainnya

IHSG Menyala, 4 Bank Raksasa Ini Jadi Pemicunya

Maret 26, 2025

Jakarta, CNBC Indonesia – Perdagangan saham tersisa dua hari perdagangan sebelum tiba libur panjang lebaran yang mencapai satu minggu lebih. Menjelang […]

BNIS Fixed Income Daily Report of March 26, 2025

Maret 26, 2025

Bond Market Review (Tuesday,03/25) The downward trend in Government Bond (SUN) prices continued during yesterday’s trading session. According to data […]

Berita Lainnya

IHSG Menyala, 4 Bank Raksasa Ini Jadi Pemicunya

Maret 26, 2025

Jakarta, CNBC Indonesia – Perdagangan saham tersisa dua hari perdagangan sebelum tiba libur panjang lebaran yang mencapai satu minggu lebih. Menjelang […]

BNIS Fixed Income Daily Report of March 26, 2025

Maret 26, 2025

Bond Market Review (Tuesday,03/25) The downward trend in Government Bond (SUN) prices continued during yesterday’s trading session. According to data […]

Scroll to Top