Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan atas nama Menteri Keuangan telah melaksanakan penetapan hasil penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI016. Total volume pemesanan pembelian ORI016 yang telah ditetapkan adalah sebesar Rp 8,21 triliun.Dengan demikian, sampai dengan diterbitkannya ORI016, total realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel tahun 2019 sudah mencapai Rp 48,43 triliun atau meningkat 5,3% apabila dibandingkan dengan penerbitan SBN ritel di tahun 2018.Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan volume pemesanan itu mencerminkan dinamika di pasar. Di satu sisi, pemerintah tetap bertahap menjaga kebutuhan pembiayaan melalui diversifikasi instrumen dari ritel.Sementara itu, masyarakat investor, kata Sri Mulyani, juga punya appetite dan ekspektasi imbal hasil (return) yang diharapkan.”Di satu sisi kita akan bertahap menjaga dari sisi kebutuhan pembiayaan kita melalui diversifikasi instrumen, di sisi lain, kami juga berkoordinasi dengan sektor keuangan, OJK, Bank Indonesia sehingga selalu ada harmoni dalam rangka bersama sama menjaga sektor keuangan kita,” katanya di Jakarta, Selasa (29/10/2019).Sri Mulyani pun menegaskan tingkat kupon ORI016 yakni 6,8% per tahun sudah mencerminkan risiko yang adil, baik bagi investor pembeli maupun negara sebagai pihak yang menerbitkan surat utang ritel tersebut.”Dan termasuk dari sisi imbal hasil yang mencerminkan riil risiko yang dianggap fair untuk seluruhnya, investor ataupun untuk issuer-nya dalam hal ini negara,” tegas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini. “Jadi itu yang kita akan lihat, merupakan evaluasi saja.”Pada 2 Oktober-24 Oktober lalu, Kementerian Keuangan kembali menerbitkan ORI016 dengan tingkat kupon 6,8%. Instrument investasi ini ditujukan bagi investor ritel domestik.Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting mengutarakan, instrumen ini dapat diperdagangkan di pasar sekunder dan sudah dapat dibeli secara daring (online).”Investor bisa membeli ORI 016 mulai Rp 1 juta, maksimal Rp 3 miliar,” kata Loto.Penjualan ORI-016 sudah difasilitasi oleh 14 bank, empat sekuritas, dan lima perusahaan keuangan berbasis teknologi (fintech). Fintech tersebut terdiri dari dua perusahaan fintech peer to peer lending (P2P) dan tiga fintech berizin khusus sebagai agen penjual reksa dana (Aperd).Perbankan terdiri dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).Bank lain adalah PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank UOB Indonesia, dan PT Bank Commonwealth. Sekuritas yang menjual ORI-016 adalah PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM), PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.Di sisi fintech, perusahaan P2P adalah PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) dan PT Investree Radhika Jaya dan perusahaan fintech Aperd terdiri dari PT Bareksa Portal Investasi, PT Star Mercato Capitale (TanamDuit), dan PT Nusantara Sejahtera Investama (Invisee).Summer : CNBC Indonesia