09 Nov 2022

Indef Kerek Proyeksi Ekonomi Indonesia ke 5,1 Persen pada 2022

News 384 views

Jakarta, CNN Indonesia -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 dari 5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 5,1 persen (yoy).
Mengutip Antara, Selasa (8/11), Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan revisi tersebut dilakukan setelah melihat realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 yang melesat tinggi, yakni mencapai 5,72 persen (yoy).

"Kami mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi kami menjadi sedikit lebih optimis, meski masih di bawah pemerintah yang ada di level 5,2 persen (yoy)," kata Tauhid dalam acara Respons Indef Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kuartal-3 Tahun 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta.

Meski pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tahun ini lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,45 persen (yoy), Tauhid mengingatkan terdapat potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2022 menjadi 5,3 persen (yoy).

Penyebabnya, yakni peningkatan inflasi yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya seiring belum melandainya harga energi dan pangan, yang diikuti dengan pelemahan nilai tukar rupiah.

Hal ini menjadi alarm untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi di sisa satu kuartal terakhir tahun ini.

Oleh karenanya, ia menyarankan terdapat tiga hal yang bisa dilakukan pemerintah di sisa akhir tahun ini, yakni pertama adalah mempercepat belanja modal dan belanja barang, dimana hingga Oktober 2022 realisasi belanja modal baru mencapai sekitar 66,83 persen dan belanja barang 66,44 persen.

"Saya kira perlu ada terobosan yang cukup strategis agar memang dengan waktu yang sangat terbatas, yakni dua bulan, semua belanja itu bisa diselesaikan," tegasnya.

Jika tidak, Tauhid menilai sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) yang saat ini cukup besar tidak akan berarti apa-apa, padahal banyak masyarakat yang membutuhkan. Adapun per September 2022, SiLPA Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercatat Rp490,7 triliun.

Langkah kedua yang disarankan yaitu penyesuaian secara moderat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) lantaran Indef merasa penyesuaian suku bunga kebijakan BI termasuk terlambat, sehingga perlu dilakukan moderasi suku bunga kebijakan untuk terus mengikuti perkembangan inflasi yang terjadi selama ini dan sangat dipengaruhi oleh dinamika kondisi global.

Terakhir, langkah ketiga adalah perlunya penguatan pasar domestik untuk berbagai produk yang memiliki daya saing di pasar global, serta mempercepat berbagai industri impor di tengah kuatnya arus importasi beragam produk industri agar perlambatan ekonomi tidak terjadi.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memprediksi ekonomi Indonesia sepanjang 2022 akan mencapai 4,8 persen sampai 5 persen (yoy).

Material Download
Helpdesk
021 5227674 sekretariat.himdasun@gmail.com