22 Mar 2021

IMF Bakal Kerek Proyeksi Laju Ekonomi Global Jadi 5,5 Persen

News 323 views
Jakarta, CNN Indonesia -- 

Dana Moneter Internasional (IMF) bakal merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2021 dari 4,8 persen menjadi 5,5 persen.

Tanpa menjelaskan detailnya, Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF Geoffrey Okamoto mengatakan IMF akan menaikkan proyeksi laju ekonomi global dari proyeksi Januari lalu pada pengumuman April mendatang.

Melansir Reuters, Minggu (21/3), ia mengatakan kenaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi salah satunya ditopang oleh pemberian stimulus fiskal AS senilai US$1,9 triliun.

IMF, kata dia, melihat tanda-tanda pemulihan ekonomi global yang lebih kuat. Namun, ia juga memperingatkan bahwa risiko besar masih menghantui, termasuk mutasi virus corona. Setidaknya, 90 juta orang jatuh ke ambang kemiskinan ekstrem selama pandemi berlangsung.

Dalam pidatonya di China Development Forum, Okamoto juga menyuarakan keprihatinannya mengenai perbedaan pemulihan ekonomi antara negara berkembang dan maju.

Namun, hal tersebut tidak terjadi di China. Orang nomor dua di IMF itu mengatakan China telah pulih ke tingkat pertumbuhan sebelum pandemi, mendahului negara maju. Di luar China, kata dia, masih ada tanda-tanda mengkhawatirkan terhadap melebarnya kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang.

Lembaga keuangan internasional itu memprediksi pertumbuhan pendapatan per kapita di negara maju dan berkembang 22 persen lebih rendah ketimbang proyeksi tanpa pandemi, selama 2020-2022. Namun, itu tidak termasuk China yang sudah pulih ke level ekonomi sebelum pandemi.

Menurutnya, perlambatan pendapatan per kapita akan mendorong lebih banyak orang ke dalam kemiskinan.

"Prospek keseluruhan tetap sangat tidak pasti," katanya.

Alasannya, berapa lama pandemi akan berlangsung masih belum jelas. Sedangkan, akses masyarakat kepada vaksin sangat tidak merata, baik di negara maju maupun berkembang.

Di sisi lain, beberapa negara memiliki sedikit ruang untuk mendorong belanja guna memerangi pandemi dan mengurangi dampaknya pada ekonomi. Khususnya, negara berpenghasilan rendah dengan tingkat utang tinggi.

Kondisi keuangan yang ketat tersebut, dapat memperburuk kerentanan di negara-negara dengan utang publik dan swasta yang tinggi. Ia mengatakan krisis juga bisa meninggalkan 'luka' yang dalam.


Material Download
Helpdesk
021 5227674 sekretariat.himdasun@gmail.com