31 Mar 2021

Alert! Gegara Yield Obligasi AS, IHSG Bisa Ambruk ke 5.945

News 720 views

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka pendek diprediksi bisa ambles ke level 5.945 seiring dengan sentimen negatif dari naiknya imbal hasil (yield) obligasi AS, US Treasury khususnya tenor 10 tahun.

"Potensi turun, seperti kita bahas bahwa bisa 55% kemungkinan indeks koreksi besar. Jangak pendek, kami melihat ada di 5.945, kalau ditutup hari ini di bawah 6.000 tapi harapannya sentimen kebijakan fiskal dan moneter dari dalam negeri bisa menopang," kata Associate Director Pilarmas Investindo, Maximilianus Nicodemus, dalam dialog CNBC Indonesia TV, Rabu (30/3/2021).

Dia mengatakan, di tengah kondisi tren penurunan IHSG, ada potensi yang bisa dimanfaatkan investor untuk akumulasi saham.

"Kita juga mesti lihat ketika pasar koreksi jangan takut, dulu waktu IHSG sempat 4.000 kita harus akumulasi beli, saat ini fundamental bagus, kebijakan fiskal dan moneter juga menopang pasar dalam jangka menengah. Hanya saja untuk jangak pendek, kami melihat IHSG ke 5.945, kalau ditutup di bawah 6.000 hari ini."

Dia mengatakan dampak dari kenaikan yield US Treasury sangat besar bagi pasar saham global termasuk Indonesia. Kenaikan yield obligasi AS sebesar 2% bisa membuat pasar ekuitas alias pasar saham global bisa ambles 5-7%.

"Kalau US Treasury 2% katakanlah di posisi 2,5%, tentu ujung-ujungnya imbal hasil obligasi AS akan jauh lebih menarik, kami melihat di 2020 adalah tahunnya obligasi, tidak menutup kemungkinan tahun ini juga tahunnya obligasi."

Alasannya, katanya, obligasi punya volalititas yang rendah sehingga investor bisa mendapatkan kupon obligasi yang menarik.

Selain itu, Presiden AS Joe Biden juga akan menggelontorkan stimulus infrastruktur yang akan menjadi sentimen besar pagi pasar.

"Ini yang penting, kalau dilihat dari jumlahnya [stimulus] maka tidak menutup kemungkinan ada ekspektasi inflasi naik dalam 1 tahun apalagi saat ini angkanya sudah 3,1% expexted," katanya.

Dengan potensi kenaikan yield obligasi AS di level 2,8% maka menurut Nico hal yang perlu menjadi perhatian ialah sentimen domestik harus kuat.

"Sentimen domestik harus kuat, besok ada data inflasi, tentu harapannya inflasi kita bisa terkendali, kalau kita lihat secara yoy [year on year] naik tipis, tapi inflasi inti masih berpotensi penurunan. Apalagi mudik tahun ini tidak diperbolehkan, mudik ini kan pendorong ekonomi, sebetulnya ini bisa dikendalikan, mungkin diperbolehkan tapi dengan perketat protokol, kita lihat mobilitas masyarakat mulai tinggi.

Pada perdagangan awal sesi I, Rabu ini (30/3), IHSG dibuka merah dan sempat ambruk di bawah level 6.000 yakni 5.991. Namun pada pukul 09.43, IHSG mulai berkurang pelemahannya yakni di level 6.042. Sepekan terakhir IHSG turun 1,92% dan sebulan terakhir juga minus 5%. 

Material Download
Helpdesk
021 5227674 sekretariat.himdasun@gmail.com